 |
| Paket EMAS |
Oleh: Melkianus Pote Hadi S.Th. S.Pd. M.Pd
Saya tidak ingin buru-buru menulis ini, tetapi hati kecil saya bilang tulis saja, penulis cukup memahami sosok Jhoni Asadoma dalam kebersamaan kami, saya melihat dia adalah sosok Bapa dan pemimpin, Tulisan saya ini pula merupakan refleksi karena: Pertama, Pilkada NTT sementara berlangsung masyarakat di NTT kita berharap memberi pilihan kepada pemimpinnya yang akan memimpin NTT lima tahun ke depan. Kedua, dalam tulisan ini akan dipaparkan seorang pemimpin yang menjadi bapak, kemudian penulis akan membuat refleksi teologis tentang Allah pemimpin yang menjadi Bapa.
Konsep tentang Bapak Masyarakat NTT, telah memilih seorang pemimpin yaitu Gubernur dan wakil Gubernur yang akan disapa sebagai bapak Gubernur dan bapak Wakil Gubernur
Pertama, Istilah bapak muncul dalam keluarga yakni menunjuk kepada seorang laki-laki yang mempunyai isteri dan anak-anak (hubungan biologis). Kedua, dalam perkembangannya sapaan bapak memperoleh dimensi yang baru. Laki-laki sering juga disapa bapak di lingkungan kantor, sekolah, tempat di mana ia bekerja. Sapaan bapak dalam pokok yang kedua ini memiliki konotasi makna yang berbeda, di mana orang-orang yang menyapa bapak memeliki idealisme tertentu yang ingin mereka wujudkan atau mereka memiliki idealisme yang sama, dan mereka ingin mengejar idealisme itu. Jelasnya, istilah bapak dalam pemaknaan ideal mengandung di dalamnya harapan yang dipercayakan kepada seorang sebagai pemimpin (Ebenhaizer I. Nubantimo 2009:183). Maka dengan demikian, harapannya adalah pemimpin menjadi bapak yang memperjuangkan idealime tersebut.
Urgensi Pemimpin yang menjadi Bapak, Seorang pemimpin yang menjadi bapak adalah: Pertama, ia hadir dan dibutuhkan di mana-mana, dari aras keluarga, masyarakat, pemerintahan, pendidikan, politik, gereja, dll. Tidak mungkin suatu aktivitas tercapai tanpa dia. Kedua, kehadiran pemimpin sebagai bapak tidak hanya urgen tetapi selalu strategis karena kehadiriannya menentukan gagal atau sukses suatu tujuan. Kerena itu seorang pemimpin yang menjadi bapak menjadi harapan untuk masa depan yang lebih baik. Orang selalu menggantungkan harapan baru dalam setiap kali suksesi. Memilih pemimpin baru berarti memilih masa depan baru. Ketiga, seorang bapak merangkul, menolong, merawat dan mengasihi semua anak-anaknya tanpa memandang muka, dan berusaha agar setiap anak-anaknya berhasil. Bapak yang baik bekerja untuk kesejahteraan anak-anaknya.
Urgensi dan ekspetasi tinggi terhadap seorang pemimpin yang menjadi bapak berhadapan dengan fenomena paradox saat gagal direngkuh dalam aras realita. Banyak pemimpin yang gagal memimpin dan menjadi bapak bagi semua komponen. Kekecewaan terhadap pemimpin meluap di mana-mana,dan diekspresikan melalui aksi-aksi demonstrasi.
Penentuan Calon Gubernur dan wakil Gubernur, kita telah menemukan figur pemimpin yang menjadi bapak yang ideal bagi masyarakat NTT ini merupakan pergumulan tersendiri yang panjang sepanjang bersama bapa Jhoni Asadoma, dan hari ini simulasi -simulasi selama ini telah terbukti dan ada penyertaan Tuhan, dan ini menjadi perjalanan spiritualitas jejak kepemimpinan melki -jhoni.
Agenda Pemimpin yang menjadi Bapak Lima Tahun ke Depan
Berbicara tentang agenda pemimpin yang menjadi bapak lima tahun ke depan adalah pemimpin yang mempunyai agenda kerja yang jelas, yang mengacu pada kondisi NTT saat ini. Kita mencatat misalnya kerawanan pangan dan kemiskinan, HumanTraficking, daerah tertinggal serta Masalah HAM dan batas-batas wilyah. Mungkin Secara umum Kita NTT di landa kekeringan. Gagal panen lapar, Pendidikan , kesehatan dan daya beli. Tiga aspek ini, sesuai dengan data dari BPS tahun 2021 ketiganya belum mencapai keberhasilan. Bahkan, dibandingkan dengan propinsi lain NTT, menempati urutan yang paling akhir. Birokrasi yang korup. Untuk diketahui, diakhir tahun 2020, Kementrian Dalam Negeri merilis data kasus hukum, khususnya korupsi yang melibatkan Pegawai Negeri Sipil daerah di seluruh Indonesia, Anggota DPR, Menteri dan masih banyak Hasilnya cukup mengejutkan, Propinsi NTT berada di urutan teratas (Timex, 24 Desember 2012:7).
Dari fenomena-fenomena tersebut kita bertanya: agenda pemimpin ke-bapak-an hari esok seperti apa yang perlu mendapat perhatian untuk mengurangi secara bertahap fenomena-fenomena tersebut dan membawa NTT ke masa depan yang lebih baik?. Menurut hemat penulis, ada dua aspek yang menjadi agenda lima tahun ke depan. Pertama, aspek internal, yaitu menciptakan pemerintahan yang adil, demokratis, professional dan transparan. Merawat persaudaraan dengan membangun relasi yang baik dalam pemerintahan, baik dengan eksekutif maupun legeslatif. Memperhatikan kesejahteraan jajaran agar terhindar dari korupsi.
Kedua, aspek eksternal, yaitu memperkuat SDM masyarakat agar jangan menjadi kuli di daerah lain tetapi harus membangun daerah sendiri. Dan jangan menjadi kuli di daerah sendiri tetapi harus menjadi ahli. Ironisnya kita menjadi kuli di daerah sendiri. Dari sektor pertanian, dalam rangka kebijakan berbasis masyarakat (daerah), maka konsistensi untuk mengangkat makana lokal perlu diperhatikan secara serius. Tidak perlu semua orang makan nasi kalau potensi daerahnya bukan beras. Sektor pariwisata, potensi pariwisata sangat menjanjikan dan perlu perhatian yang baik dari pemimpin yang akan memipin lima tahun ke depan. Masih banyak sektor yang perlu agenda yang jelas dari seorang pemimpin mengenai kesehatan dan pendidikan.
Pokok teologis tentang sebutan Tuhan Allah sebagai Bapa, itu lahir dari kesaksian orang-orang beriman tentang pengelaman mereka melalui karya penyelamatan Allah yang dikerjakan dalam Kristus. Hal utama yang membuat Israel menyebut Allah sebagai Bapa, karena Allah yang MENCIPTAKAN atau yang MELAHIRKAN, seperti seorang bapak yang melahirkan anak-anak. Itu berarti tanpa prakarsa Allah tidak ada bangsa Israel, seperti tidak ada bapak maka tidak ada anak yang lahir. Allah juga yang meneguhkan, merawat dan memilihara. Sebutan bapak untuk manusia tidak tergantung pada karya melainkan tergatung pada hubungan darah (biologis) tetapi sebutan Allah sebagai Bapa tergantung pada karya-Nya. Allah tidak disebut Bapa kalau tidak melakukan apa-apa kepada Israel. Kebapaan Allah dibuktiakan lewat karya-Nya yang ditunjukan kepada anak-anak-Nya. Jadi bapak untuk manusia bisa statis, mandek, tanpa gerak dan tampa dinamika tetapi sebutan Bapa bagi Allah bergerak, dinamis, penuh aksi, kreatif (Harun Hadiwijono 2006:39).
Dalam Perjanjian Baru sebutan Bapa diajarkan oleh Yesus. Hal ini menyangkut hubungan yang istimewa antara Yesus dengan Bapa-Nya dan Allah dengan umat-Nya. Hal yang luar biasa mengenai ajaran tentang Allah sebagai Bapa terdapat dalam khotbah-Nya di atas Bukit (Mat. 6:32), di situ menjelaskan bahwa Allah bukan hanya menciptakan tetapi merawat dan memilhara.
Pemimpin lima tahun ke depan harus mempunyai pengalaman, menciptakan dan melahirkan lapangan kerja, besekutu (bergaul) dengan masyarakat, kreatif, merawat, merangkul, memilihara agar mimpi masyarakat Sumba Barat menjadi masyarakat yang adil dan sejahtera terbukti. Panggilan seorang pemimpin sebagai bapak dengan suatu harapan agar bapak pemimpin tersebut menjadi teladan dan memperhatikan kebutuhan anak-anaknya. Masyarakat NTT menaruh harapan penuh kepada pemimpin yang akan mereka pilih.
Kesimpulan
Semua orang menaruh pengharapan kepada seorang pemimpin, harapan itu ialah ketika ia dipilih menjadi pemimpin bisa mewujudkan apa yang menjadi agenda kerjanya. Masyarakat NTT membutuhkan figur pemimpin yang menjadi bapak bagi semua komponen, dan menjadi bapak di setiap saat dalam situasi dan kondisi apapun. Pemimpin adalah hamba Allah yang menjadi contoh sekaligus pelayan bagi semua orang. Tuhan Allah menjadi contoh bagi pemimpin yang disapa bapak oleh masyarakat NTT , kehadiran Melky-Jhoni menjadi jawaban berbagai keresahan masyarakat NTT, kita sangat menaruh harapan penuh menjadi representasi semua kalangan, suku agama dan ras. Tuhan memberkati Melki Laka Lena dan jhoni Asadoma.
Salam perubahan
Melkianus Pote Hadi.
