(Suatu Refleksi Hari Kenaikan Yesus Ke Sorga)
Oleh: Melkianus Pote Hadi S.Th
Pesan utama dari hari raya kenaikan Yesus amat klasik terdapat dalam Alkitab yaitu Kisah 1:6-11. Dalam bagian ini diceritakan dialog antara Yesus dan murid-murid-Nya sesudah Yesus bangkit dari kematian-Nya. Murid-murid-Nya masih tetap dalam kondisi yang salah persepsi tentang sosok serta makna kehadiran Yesus, seolah-olah dalam bayangan Yesus adalah seorang yang mendirikan kerajaan baru di bumi, untuk mengulangi zaman keemasan raja-raja dizaman Perjanjian Lama. Dan tentu saja terbesit pemikiran dibenak para murid, jika Yesus menjadi Raja (sekuler) para murid sebagai kelompok terdekat dengan Yesus akan menerima berbagai jabatan penting dalam konteks sekarang bagaimana para pemimpin kita, mestinya pelayanan diarahkan pada rakyat itu (membumi), kita lihat kebijakan yang dibangun hanyalah sepihak, artinya keberpihakan pada arti demokrasi menjadi hilang, mungkin tergiur dengan jabatankah, atau fasilitas rakyat.
Dalam momentum hari kenaikan, hendaklah arah kebijakan pemerintah yang membumi, oleh karena itu dalam hubungannya dengan pemilihan daerah akan datang mestilah rakyat NTT sendiri dapat menentukan pilihan pemimpin yang tepat dan pemimpin yang siap menjadi jawaban terhadap persoalan yang nyata di NTT ,saya sangat mengharapkan seluruh warga NTT ini memaknai secara baik peristiwa kenaikan ini, karena kenaikan adalah persiapan tempat yang layak untuk umat-Nya, dalam konteks pemimpin yang baru ini adalah utusan benar-benar yang dipilih untuk mempersiapkan umat Tuhan yang layak diperlakukan Hak-haknya sebagai warga negara, dengan demikian NTT memilki nilai jual yang tinggi di mata dunia luar, bukan menjual kemiskinan untuk kepentingan pribadi.
Dalam pristiwa kenaikan ini, saya pikir Itulah sebabnya ketika murid-murid-Nya bertemu dengan Yesus sesudah kebangkitan itu, mereka bertanya pada Yesus “apakah ini masanya mendirikan kerajaan itu? Yesus yang memahami kualitas keberagaman karakter dan cara paradigm para murid dan mampu menebak obsesi-obsesi mereka tentu tidak terjebak oleh pertanyaan itu, Yesus merespons itu dengan menyatakan bahwa soal kerajaan itu adalah agenda sang Bapa (ayat 7) yang tidak diketahui oleh masa dan waktu oleh manusia. Bahkan Yesus lebih mengajak murid-murid-Nya untuk melihat tugas penting didepan mereka (dijelaskan tugas misi dan panggilan) yaitu agar mereka menjadi saksi di Yerusalem (lihat ayat 4 bahwa Yesus pernah berkata harus tinggal di Yerusalem), Yudea , Samaria dan sampai keujung bumi (ini target hati ALLah untuk kita,gereja, kerjakan, baca Mat. 28:19-20)ingat kata bumi(erets) harus dijelaskan.
Dengan kuasa yang mereka terima dari Allah sesudah mandat pengutusan Yesus kepada para murid, Ia terangkat ke Sorga disaksikan para murid hingga awan menutupinya (historisnya tidak ada). Para murid memang terperangah oleh kejadian itu, dan dalam keterkejutan itu terus-menerus menatap kelangit hingga malaykat datang memperingatkan mereka kembali bahwa Yesus terangkat ke Sorga Ia akan datang kembali dengan cara yang sama seperti Ia naik kesorga. Hal ini mengingatkan kita orang yang berdoa agar tidak terjebak dalam suasa diri sendiri, tidak hanya berpikir untuk dri sendiri, mengasingkan diri dari dunia, tetapi membumi, dan kata datang kembali mengingatkan kita agar berjaga-jaga karena Ia datang seperti pencuri. Kata awan di atas bukan asap,uap biasa tetapi awan kemulian dan tanda kehadiran Allah.
Peringatan malaikat ini amat sangat penting dan substansial untuk direnungkan oleh kita, gereja, lebih khusus orang-orang berdoa, gerakan konservatif, agar tidak terjebak untuk terus-menerus menatap kelangit, bersikap vertikalisitk sambil mengabaikan kenyataan hidup manusia yang harkkat dan martabatnya tidak lagi mendapat penghargaan yang layak baik dari segi ekonomi. Politisasi, social, budaya. Ingat gereja tidak hanya beroreantasi ke atas saja ke dunia yang transenden, tetapi kita disuruh untuk masuk dan bergumul ditengah-tengah dunia dengan seluruh persoalan ekonomi, social, budaya, politik seperti yang Yesus lakukan yakni berinkarnasi ke dalam konteks manusia seutuhnya.
Gereja tidak hanya bernyanyi, dan menatap ke langit dengan mengatakan Datanglah KerajaanMu, tapi sikap, dan cara pandang kita tidak berubah maka yang terjadi adalah perpecahan dan didalamnya ada kepentingan, gereja harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai kerajaan Allah (kebenaran, Syalom dll) dalam menghadapi krisis global, traficing, eksploitasi lingkungan hidup dan banyak masalah di NTT ini yang belum terurus dengan baik oleh pihak gereja. Mari kita tidak hanya tidak hanya menjadi persekutuan elit dan eksklusif yang tidak bermakna, gereja harus membumi, harus berakar didunia nyata, kita harus menyatakan solidaritas penuh (empati) dengan umat manusia seperti Yesus bayar harga dengan mereka yang terancam oleh karena persoalan ekonomi, kekuasaan, sehingga tersingkir, terbelakang, dan mendapat perlakukan tidak adil, dan diskriminatif. Kita tidak boleh merasa didunia maya, kita harus sadar kita masih hidup didunia.
Kenaikan Yesus ke sorga itu menunjuk kepada suatu kejadian yang besar. Sekalipun kepergian-Nya itu mendatangkan perpisahan, akan tetapi penuh dengan keselamatan Allah. Kepergian-Nya adalah suatu pemulihan. Mengenai arti kenaikan Yesus saya menambahkan bagi orang percaya. Pertama-tama kenaikan itu berarti perpisahan antara para orag milik-Nya. Akan tetapi perpiasahan ini bukan bersifat mutlak. Kenaikan Yesus ke sorga mengakibatkan perubahan di dalam hubungan Kristus dengan orang para milik-Nya. Jadi ingat bukan pemutusan hubungan, melainkan perubahan cara berhubungan. Ingat bahwa hubungan itu bukan menjadi makin jelek, melainkan justru menjadi lebih baik. Tidak ada kemunduran, melainkan kemajuan. Untuk sementara para dapat berdukacita, akan tetapi dukacita itu akan berubah menjadi sukacita (Yoh. 16:20,22). Sekalipun Kristus naik ke sorga, namun Ia tetap bersama-sama dengan para orang milik-Nya, hanya caranya yang berbeda..
Amin.