vXNwPj4qUNQpo38g8p3ivd6DJ6AcFOk4gL7S5iHx

Hari Kasih Sayang/ Valentine Day (14 Februari)


Dokpri 


Oleh: Herlina U. Deta 

Dosen Fakultas kedokteran hewan, pembina Mahasiswa Metamorfosa Ministry NTT 


“Katakanlah cinta dengan bunga.” Ungkapan ini memberi corak kehidupan orang-orang di belahan bumi Eropa dan Amerika. Bagaimana dengan di Indonesia, secara khusus di NTT? Dalam buku berjudul Tenun Ikat Dari Timur, Jes A. Therik (1989) mengatakan bahwa orang NTT mengungkapkan cinta mereka kepada sesama dengan kain tenunan bermotif. Lalu bagaimana generasi muda sekarang, terutama remaja putra-putri menungkapkan cinta mereka? Saya lihat sekarang lewat media sosial seperti WA, FB,IG, dll.

Beberapa hari yang lalu hari cinta kasih telah berlalu, namun kita belajar momen ini sebagai  hari KASIH. Sebutan yang populer di kalangan muda-mudi remaja untuk ini adalah valentine day. Perayaan ini jatuh pada 14 Februari. Kaum remaja sudah mempersiapkan diri untuk merayakan hari itu. Ada yang membuat pesta, ada menyediakan puisi untuk sang pujaan hati. Pokoknya ada banyak macam ekspresi cinta gaya muda yang sudah dirancang untuk waktu itu.

Banyak juga kaum dewasa, utamanya para orang tua yang menyikapi gejala ini dengan skeptis. Apalagi karena kenyataan merosotnya hubungan remaja putra-putri masa kini yang meresahkan. Tidak jarang banyak orang tua yang melarang putra-putri mereka yang remaja untuk ambil bagian dalam pesta-pesta valentine day.

Sejauh yang saya amati valentine day masih merupakan hal yang menimbulkan kontraversi atau reaksi yang bertentangan. Tanpa bermaksud masuk dalam diskusi tentang kontraversi itu, saya menurunkan tulisan ini sebagai bekal untuk menyambut datangnya valentine day.

***

Sejarah perayaan hari cinta kasih dimulai di Inggris sejak abad ke-14. Di sana muda-mudi yang sedang jatuh cinta pada 14 Februari memberi perhatian khusus pada orang yang mereka cintai. Mereka mengirimkan bunga, kado, sajak (puisi), atau salam dalam kata-kata yang indah. Sejak saat itu kata valentine selalu identik dengan cinta kasih dan kesetiaan.

Beberapa waktu (abad) kemudian kebiasaan ini menyebar ke Eropa daratan, meskipun belum dirayakan semeriah di Inggris. Setiap tanggal 14 Februari surat-surat kabar di Inggris penuh dengan rubrik-rubrik iklan yang berisi ungkapan yang membangkitkan gairah dan api cinta kasih dan kesetiaan.

Para imigram Inggris di benua Amerika juga membawa tradisi ini ke sana dan merayakannya secara khusus. Di Belanda tradisi hari cinta kasih baru mulai dipraktekkan pata tahun 1980-an. Mulanya orang saling berkirim kartu ucapan kasih pada 14 Februari. Tetapi lama kelamaan ia berkembang menjadi pesta di mana orang muda berkumpul untuk saling membagi kado satu sama lain yang dihiasi dengan simbol bergambar hati dengan warna merah. Di Indonesia dan di Kupang perayaan ini belum terlalu dikenal, meskipun sudah mulai dirayakan dalam kalangan terbatas.

***

Menurut legenda nama valentine berasal dari seorang uskup dari Terni (Itali), santo Valentinus. Ada juga yang mengatakan itu adalah nama seorang imam katolik, santo Velten. Uskup Valentinus adalah seorang martir. Ia hidup di abad ke-3. Selama hidupnya ia dikenal sebagai seorang yang banyak melakukan perbuatan cinta kasih kepada kaum manula, mereka yang sakit dan berkekurangan.

Selain memberikan makanan dan juga obat-obatan, dia juga menghadiahi mereka dengan bunga-bunga yang dia petik dari taman miliknya. 


Orang-orang yang datang kepadanya minta advis, termasuk pasangan muda remaja yang jatuh cinta, juga ia berikan sekuntum bunga sebagai simbol kesetiaan dan cinta kasih. Itu sebabnya pada hari valentine, orang yang saling bercinta suka memberi bunga satu kepada yang lain.

Dikisahkan juga bahwa Valentinus pernah menyembuhkan bapak angkat Asterius, gubernur kota Roma yang buta. Karena terpesona dengan penyembuhan ini Asterius memutuskan untuk menjadi Kristen. Dia memberi diri dan seluruh isi rumahnya dibaptis dan membebaskan semua orang Kristen yang ditahan di penjara. Perbuatan Asterius yang terakhir ini membangkitkan amarah Kaiser Claudius ke-2. Betapapun sebelumnya Claudius sangat menghormati Valentinus karena kebijaksanaan yang dimiliki sang uskup, tetapi Claudius begitu berang sehingga menghukum mati Valentinus. Pada tanggal 14 Februari tahun 269 (atau 270) Valentinus digiring ke tempat eksekusi. Kepalanya dipenggal oleh algojo di hadapan Kaiser.s

Mengenai santo Velten, dia juga dikenal sebagai seorang martir yang dipenggal kepalanya pada pertengahan kedua abad ke-3 Masehi. Sehari sebelum eksekusi dilakukan, ia menulis surat kepada putrinya. Surat itu dititipkan kepada sipir penjara. Di bawah surat itu ia membubuhkan tanda tangan dengan nama valentine. Itulah kisah singkat mengenai Hari Cinta Kasih.

***

Cinta kasih memang harus dirayakan dan ditunjukkan. Ada bermacam cara mengungkapkan cinta kasih kita. Ada yang mengatakan cinta dengan bunga. Yang lain menunjukkannya dengan pemberian selimut. Itu semua yang terjadi di antara manusia. Tapi penting juga kita catat cara Allah menyatakan cinta kepada manusia. Ia tidak hanya memberi bunga, atau menghadiahi selimut. Ia mati untuk orang-orang yang Ia kasihi. Cinta seperti yang dipahami dari sudut pandang Allah bukanlah satu yang mengorbankan orang lain, melainkan sebuah bentuk pengorbanan diri bagi orang lain.

Itulah Agape (cinta yang mengorbankan diri). Cinta seperti itu berbeda dengan Eros (yakni cinta yang suka cari korban). Cinta kasih agape ini jugalah yang diserukan Paulus untuk dipraktekan dalam kehidupan berumah tangga. Paulus menulis begini:

”Hai istri, tunduklah pada suami seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat.”


”Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diriNya kepadanya (Ef. 5:22-25).”


Dalam dua teks ini Paulus meminta semua orang yang menikah (tidak ada kata pacaran) untuk meniru Yesus dalam membangun rumah tangga mereka. Para suami patut mengasihi istrinya sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diriNya kepadanya. Di sini Paulus menggunakan penyerahan (pengorbanan) diri Yesus Kristus kepada jemaat sebagai model bagi ke-bapa-an seorang suami dalam keluarga, baik terhadap istri maupun terhadap anak-anaknya.

Semua kita tahu bahwa Yesus Kristus mengasihi jemaatNya. Kasih itu tidak hanya sekedar sebuah perasaan iba dan emosi sesaat. Cinta kasih itu tidak juga hanya sekedar diungkapkan dengan setangkai bunga mawar. Kasih Kristus kepada jemaat ditunjukan dengan cara mengorbankan diriNya, menderita, bahkan mau mati dengan cara yang paling hina demi kelangsungan hidup jemaat yang adalah tubuhNya (Larry Christenson. 1970. The Christian Family. Minnesota: Bethany Fellowship. hlm. 127).


Kalau ini yang dipakai Paulus sebagai model dalam menasehati para suami untuk mengasihi istrinya, maka sudah jelas bahwa mengasihi istri yang dimaksud Paulus di sini bukan kasih yang pada umumnya, melainkan kasih yang bersifat ready-to-sacrifice (Larry Christenson, 1970:127). Tuntutan Paulus ini parallel dengan hubungan Kristus dan jemaat. Kita katakan bahwa Jemaat adalah Tubuh dan Kristus adalah kepala. Alkitab menegaskan hal yang sama tentang suami dan istri. Suami adalah kepala istri (Ef. 5), sedangkan istri diambil dari tubuh suami, (tulang rusuk (Kej. 2:23) bukan tulang kaki atau tulang tangan . Kasih yang suami tunjukan kepada istri haruslah lebih dari sekedar perasaan sayang. Ia harus berkarakter ready-to-sacrifice.(siap untuk berkorban) 

Perwujudan cinta suami kepada istri yang bercorak ready-to-sacrifice tidak terbatas pada satu hari tertentu, yakni pada masa awal pernikahan saja. Ini juga yang dicontohkan Allah dalam kasihNya terhadap manusia. Cinta Allah kepada manusia mengisi seluruh hari hidup manusia. Cinta Allah bersifat kekal, tidak berubah, tak berkesudahan (I Kor. 13:8). Bagi Allah tiada hari tanpa cinta. Bahkan cinta Allah itu selalu baru setiap pagi (Rat. 3:23). “Cinta dari Allah”, seperti yang dilukiskan Paulus, “sabar, murah hati, tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu” (I Kor. 13:4-7).

Rasanya, hal yang saya kutip terakhir ini patut kita renungkan waktu kita menyambut datangnya valentine day, supaya hidup yang kita jalani setelah valentine day berlalu bisa kita isi dengan nilai-nilai tadi. Kalau itu terjadi berita tentang adanya kekerasan dalam rumah tangga, dalam menjalin hubungan (TH), akan  makin berkurang. Lebih dari itu, orang-orang yang menerima cinta kasih yang berkarakter ready-to-sacrifce akan makin tertarik untuk memberi diri kepada Kristus. Selamat merayakan valentine day.


WEP02 


Warta Terkait

Warta Terkait

Posting Komentar