Mahasiswa Program Studi Ilmu Lingkungan | Program Doktor, Universitas Nusa Cendana |
Uly Jonathan Riwu Kaho, Agustina Etin Nahas, Yosep Lawa, Petronella S. Nenotek
Mahasiswa Program Studi Ilmu Lingkungan Program Doktor, Universitas Nusa Cendana
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provisi Nusa Tenggara Timur resmi mengelar debat publik kedua antar pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur dalam Pemilihan Tahun 2024 pada Rabu, 06 Nopember 2024, di Auditorium Universutas Nusa Cendana.
Debat publik kedua ini mengusung tema: “Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat NTT Yang Berkeadilan Dan Inklusi” yang dipandu oleh Ariyo Ardi dan Anisha Dasuki. Pelaksanaan debat publik bertujuan untuk menyebarluaskan profil visi dan misi serta program kerja pasangan calon serta memberikan informasi-informasi secara menyeluruh kepada masyarakat.
Semua paslon sudah menyampaikan Visi, Misi dan rencana program sebagai implementasi visi dan misinya terkait pembangunan inklusif yang merata dan berkeadilan terutama yang terkait dengan persoalan lingkungan. Faktanya bahwa wilayah NTT merupakan wilayah dengan potensi resiko bencana alam baik hidrometeorologi dan bencana geologi. Berdasarkan data BNPB bahwa sepanjang tahun 2023 kejadian bencana alam di wilayah NTT berada pada kelompok sedang dengan kejadian bencana antara 50 – 100 jumlah kejadian bencana alam. Dampak bencana alam di NTT ini memiliki dampak dan dampak turunan yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakatnya. Dampak akibat bencana alam, antara lain dampak ekonomi dan sosial seperti kerugian sekitar Rp. 3,4 Triliun atau 3/5 pendapatan asli daerah (PAD) NTT per 1 tahun, fasilitas umum dan publik rusak, terjadinya korban hilang dan korban jiwa, meningkatnya angka kemiskinan dan konflik sosial. Terjadinya kelangkaan bahan makanan dan angka inflasi yang tinggi. Dampak kesehatan dan keamanan, dimana tingginya angka stunting dan rendahnya kualitas kesehatan anak dan perempuan pada daerah-daerah bencana.
Dampak turunan akibat bencana alam seperti layanan pasokan listrik yang terganggu, layanan perbankan yang tidak berjalan normal, konektivitas layanan transportasi yang tidak berjalan, layanan komunikasi dan jaringan internet yang terputus, layanan stok dan pengisian BBM yang terganggu, kelangkaan dan naiknya harga pasar bahan-bahan pokok di pasar dan lain sebagainya.
Terkait kondisi ini, maka sebagaimana tema debat kedua bagi paslon Cagub dan Cawagub provinsi NTT. maka ada beberapa hal menarik dan mendasar jika dilihat dari rencana strategis yang disampaikan, terkhusus pembangunan inklusif yang merata dan berkeadilan terkait dengan isu-isu lingkungan di NTT.
1. Persoalan lingkungan merupakan persoalan yang harus dilihat sebagai suatu yang bersifat menyeluruh dan konprehensif serta inklusif dan tidak bersifat parsial saja. Penyebab, dampak dan upaya penanggulangan tidak hanya melibatkan satu atau dua pihak tetapi melibatkan semua pihak di dalamnya.
2. Upaya mitigasi dan penanggulangan terhadap resiko bencana perlu dibangun dalam konsep dan paradigma kolaboratif semua pihak. Kolaborasi pentahelix baik itu pemerintah, akademisi, dunia usaha/industri, LSM, masyarakat dan komunitas serta media harus bersama dalam upaya menghadapi bahaya bencana alam. Kolaborasi ini sebagai bentuk bekerja sama dan sama-sama bekerja untuk menciptakan sistem penanggulangan bencana yang inovatif, lebih efektif dan berkelanjutan.
3. Apa yang disampaikan oleh ketiga paslon sesungguhnya sudah baik, namun belum secara tegas dan rinci bahwa startegi pembangunan inklusif yang merata dan berkeadilan sesungguhnya adalah sebuah resiliensi masyarakat NTT dengan kolaborasi pentahelix sebagai kemampuan semua pihak untuk bertahan dan tangguh dalam menghadapi situasi yang sukar dan sulit karena kondisi lingkungannya. Resiliensi terkait dengan bagaimana mitigasi dan ketangguhan dalam pengurangan resiko bencana (PRB) dan adaptasi perubahan iklim (API) Dalam gambarannya sebagai berikut :
4. Pembangunan inklusif yang merata dan berkeadilan di NTT adalah upaya untuk memastikan bahwa semua lapisan masyarakat, termasuk yang paling terpinggirkan, mendapatkan manfaat dari pembangunan. Ini mencakup berbagai aspek seperti akses terhadap layanan dasar, kesempatan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
Ada beberapa Isu-Isu Lingkungan yang perlu dicermati oleh masing-masing paslon, sehingga tidak salah dalam mengambil kebijakan dan langkah strategis dalam mewujudkan pembangunan yang merata, berkeadilan dan inklusi
1. Deforestasi dan Degradasi Lahan: adalah masalah besar di NTT yang berdampak pada kerusakan ekosistem dan keberlanjutan lingkungan. Upaya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan sangat penting untuk mengurangi kerusakan ini.
2. Pencemaran Air: pencemaran air oleh limbah domestik dan industri dapat berdampak negatif pada kesehatan masyarakat dan ekosistem. Pengelolaan limbah yang baik dan teknologi pengolahan air yang ramah lingkungan adalah solusi penting.
3. Perubahan Iklim: menyebabkan gangguan cuaca yang ekstrem, seperti banjir dan kekeringan, yang berdampak pada pertanian dan kesejahteraan masyarakat. Adaptasi terhadap perubahan iklim dan mitigasi emisi gas rumah kaca adalah prioritas utama.
Pendekatan Pembangunan Inklusif
1. Penguatan Kapasitas Institusi: penguatan kapasitas institusi lokal untuk mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan dan inklusif sangat penting.
2. Partisipasi Aktif Masyarakat: melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan implementasi kebijakan dapat memastikan bahwa kebutuhan dan aspirasi masyarakat terpenuhi.
3. Kebijakan Lintas Sektor: integrasi kebijakan lintas sektoral yang memperhatikan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan dapat menciptakan pembangunan yang lebih berkelanjutan dan inklusif.
4. Desiminasi informasi masyarakat melalui Media (Dismas) baik media cetak, elektronik dan online . Digitalisasi membuat industry media massa di Indonesia mengalami pemusatan. Digitalisasi membuka peluang bagi warga biasa menyuarakan kepentingan dan memperjuangkan perubahan. Pers wujud kedaulatan rakyat dan pers nasional sebagai wahana komunikasi dan penyebar informasi.
5. Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Inklusif. Langkah ini dengan memperhatikan masyarakat/komunitas berkebutuhan khusus dan/atau penyandang disabilitas berupa Mitigasi, peta rawan bencana, sinyal kesiapsiagaan bencana, Edukasi, penyuluhan dan peningkatan kesadaran wilayah rawan bencana, dan Elaborasi dan diseminasi dini informasi bencana
Dengan pendekatan yang tepat, pembangunan inklusif yang merata dan berkeadilan di NTT, dapat membantu mengatasi berbagai tantangan lingkungan lahan kering yang cukup ekstrem, kemampuan resiliensi semua pihak (pentahelix) terhadap PRB dan API dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di NTT.
WEP02